BLORA. Bertempat di Ruang Rertemuan Setda Blora, Bupati Djoko Nugroho pada hari Rabu (12/2/2020) berkenan untuk membuka acara rapat koordinasi (rakor) konvergensi stunting yang diikuti seluruh stakeholder terkait se Kabupaten Blora.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, Lilik Hernanto, SKM, M.Kes, dalam laporannya menyampaikan bahwa saat ini di Blora terdapat 10 desa lokus stunting usia 0 - 23 bulan berdasarkan prioritas pusat (TNP2K).
Sedangkan Pemkab Blora sendiri menurut Lilik telah menetapkan lokus stunting dikembangkan menjadi 39 desa di 2018, dimana hingga akhir 2019 kemarin tinggal 26 desa.
Dalam sambutannya, Bupati Djoko Nugroho menyampaikan bahwa penyebab utama stunting adalah mindset (pola pikir) dan itu sangat perlu kerja keras menanganinya.
“Penyebab utama dari stunting adalah mindset, pola pikir yang sudah tertanam sejak lama bahwa sesuatu yang salah itu benar. Itu perlu kerja keras kita untuk menanganinya,” tegas Bupati.
Menurut Bupati, penanganan stunting merupakan investasi jangka panjang, dimana generasi muda perlu diedukasi dan dijaga perkembangannya sejak dini. Bupati juga berharap untuk dinas terkait untuk mengecek KPM yang beredar.
Bupati juga mengapresiasi apa yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan untuk melakukan pengembangan lokus stunting, sehingga orientasi pencegahan stunting bisa semakin baik dan fokus.
Bupati berharap semua stakeholder yang ada bisa fokus untuk pencegahan stunting. Tidak hanya Dinas Kesehatan saja, namun juga stakeholder yang lainnya.
“Saya berharap semua stakeholder yang ada bisa mengeroyok dari segala lini untuk pencegahan stunting ini, jangan sampai menjadi bencana kemanusiaan,” lanjut Bupati.
Usai pembukaan, rakor dilanjutkan dengan pemaparan materi dari narasumber baik dari Dinas Kesehatan maupun dari Direktorat Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Dakhlan Choerun, S.KM, M.Km.
Hadir dalam acara ini seluruh Kepala OPD terkait, para Camat, Kepala Puskesmas se Kabupaten Blora, serta Kepala Bagian di lingkup Setda Blora. (Tim Liputan Prokompim)
