13 November 2019   07:56 WIB

MERIAH, FESTIVAL BARONGAN BLORA 2019 UNTUK TINGKATKAN INDUSTRI PARIWISATA

BLORA. Mendengar kata Blora, pasti akan teringat Barongan, kesenian yang telah mendarah daging di Kabupaten paling ujung Jawa Tengah ini. Ya, untuk meneguhkan diri sebagai Kota Barongan, Pemkab Blora melalui Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) kembali menggelar event Festival Barongan untuk kelima kalinya.
 
Tahun ini, Festival Barongan Blora 2019 dilaksanakan sehari semalam, pada hari Sabtu (9/11/2019) sejak pagi hingga malam hari. Mulai dari pameran barongan, parade (arak-arakan) barongan, hingga pagelaran barongan.
 
Sejak pagi, ribuan masyarakat dari berbagai kalangan (anak-anak, pemuda, orang tua), semuanya memadati jalan utama Kota Blora yang menjadi rute parade untuk menyaksikan berlangsungnya festival. Mulai dari kawasan Alun-alun Kota Blora, sepanjang Jalan Pemuda, hingga Tugu Pancasila, dan berakhir di Jalan Ahmad Yani (depan Graha Bethany).
 
Sambil menunggu parade dimulai, masyarakat bisa menyaksikan pameran barongan di Alun-alun. Yakni pameran yang menampilkan beragam topeng barongan Blora jaman dahulu, dan perkembangannya hingga sekarang. Topeng barongan yang pada awal tahun 90’an kerap dipakai adu gaprak.
Mewakili Bupati Djoko Nugroho, Wakil Bupati H. Arief Rohman M.Si dan Sekda Komang Gede Irawadi SE, M.Si menghadiri Festival Barongan Blora 2019. (foto: humas)
 
Setelah parade mulai berjalan, satu persatu grup atau paguyuban seni barongan dari berbagai wilayah se Kabupaten Blora melakukan pertunjukan di sepanjang rute yang telah ditetapkan. Adapun panggung kehormatan didirikan di depan Klenteng TITD Hok Tik Bio Blora. Tampak hadir Wakil Bupati H. Arief Rohman, M.Si, jajaran Forkopimda, Sekda, dan Kepala OPD terkait.
 
Kepala Dinporabudpar, Slamet Pamudji SH, M.Hum dalam laporannya menyampaikan bahwa parade barongan kali ini diikuti oleh 31 tim atau paguyuban seni barongan dari seluruh wilayah Kabupaten Blora.
 
“Hingga hari H pelaksanaan, ada 31 paguyuban yang mendaftar sebagai peserta. Mereka tampil selama 3 menit di depan panggung kehormatan. Selain itu di sepanjang rute juga melakukan atraksi untuk menghibur masyarakat,” ucap Slamet Pamudji.
 
Menurutnya, digelarnya festival barongan ini sebagai wujud dukungan pemerintah dalam upaya pelestarian kesenian daerah, dan untuk meningkatkan rasa cinta kepada seni budaya lokal yang telah menjadi tradisi.
Satu per satu paguyuban seni barongan berjalan menyusuri rute parade mulai Alun-alun menuju Jalan Pemuda, Tugu Pancasila dan berkahir di depan Graha Bethany. (foto: humas)
 
“Yang tidak kalah penting, festival ini untuk menarik jumlah kunjungan wisata budaya di Kabupaten Blora, serta sebagai wadah silahturahmi para seniman barongan. Kita berharap adanya festival ini juga bisa menumbuhkan industri ekonomi kreatif,” lanjutnya.
 
Usai tampil di depan panggung kehormatan, masing-masing paguyuban melanjutkan pertunjukkan dengan berjalan menuju finish di depan Graha Bethany. Cuaca yang cerah dan relatif panas pun tidak menyurutkan semangat masyarakat untuk menonton festival. Bahkan banyak penonton rela membawa payung dari rumah sambil menggendong anaknya.
 
“Sudah lama ingin nonton festival barongan, biasanya hanya di desa saja saat Agustusan. Kalau ini kan tingkat Kabupaten, pastinya lebih ramai mas. Disamping itu juga lebih banyak pesertanya, inilah kesenian Blora yang harus terus dilestarikan,” ucap Purwanti, salah satu penonton dari Kecamatan Kedungtuban.
 
Sementara itu, pimpinan paguyuban Seni Barongan Blora “Kumara Krida Mustika”, Indra Bagus Kurniawan, dari Dukuh Triteh, Desa Tambahrejo, Kecamatan Tunjungan mengaku senang bisa ikut memeriahkan Festival Barongan Blora 2019 bersama teman-temannya.
 
“Beberapa hari lalu mulai latihan lagi untuk mematangkan garapan musik (gamelan), dan kemarin hingga semalam menata alat di gerobak untuk dibawa ke Blora. Kalau untuk kemajuan Barongan Blora, kami tidak memikirkan untung rugi. Ini festivalnya kita semua untuk mengangkat nama baik Blora, jadi ya harus all out. Beda lagi kalau tanggapan,” terang Indra, sambil senyum.
 
Wakil Bupati H. Arief Rohman, M.Si yang berkesempatan turun dari panggung untuk foto bersama dengan para seniman, mengaku senang dengan perkembangan seni budaya khas Blora ini.
 
“Mewakili Bapak Bupati, kami sampaikan salam hormat kepada seluruh seniman yang terlibat. Semangatnya luar biasa untuk melestarikan kesenian Barongan Blora agar kedepan bisa lebih maju. Dengan Festival Barongan ini, kami berharap identitas Blora Kota Barongan semakin kuat. Festival seperti ini akan kita teruskan sebagai agenda tahunan, yang mana tahun ini sudah menginjak tahun kelima,” terang Wakil Bupati.
 
Menurut Wakil Bupati, adanya festival seni budaya seperti ini juga bisa untuk mendukung industri pariwisata di Kabupaten Blora.
 
“Tadi saat saya berjalan menuju panggung kehoramatan dari rumah dinas, bisa dilihat di sepanjang rute, ekonomi masyarakat berputar, jasa parkir banyak, pedagang kaki lima laris manis, sektor kuliner menggeliat, bahkan tempat penginapan juga bisa meningkat huniannya jika dikemas lebih baik lagi selama beberapa hari. Ini potensi yang harus terus digarap dengan baik,” lanjut Wakil Bupati.
Tampil kompak para penabuh dari paguyuban seni barongan Kumara Krida Mustika. (foto: humas)
 
Pihaknya ingin seluruh potensi seni budaya yang ada di Kabupaten Blora bisa dikemas menjadi daya tarik wisata melalui beragam bentuk festival.
 
Setelah parade usai pukul 13.00 WIB, malam harinya 19.00 WIB dilanjutkan dengan pentas pagelaran barongan. Bertempat di panggung terbuka Stadium Seni Budaya Taman Tirtonadi, acara dimerihkan dengan penampilan grup kesenian Topeng Ireng dari Boyolali, grup kesenian Barongan Samin Edan dari Unnes Semarang, dan ditutup dengan penampilan grup kesenian Barongan Risang Guntur Seto dari Kelurahan Kunden, Blora.
 
Acara berlangsung meriah hingga tengah malam, begitu pun animo masyarakat yang tidak terbendung membuat arena pertunjukkan penuh sesak.
 
Untuk diketahui, seni barongan bagi masyarakat Blora merupakan seni pertunjukan tradisional yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Menurutu cerita lisan masyarakat Blora, Barongan sendiri merupakan sosok jelmaan Gembong Amijoyo, harimau penjaga alas jati wengker (hutan jati) yang di dalamnya menyimpan banyak kekayaan alam.
 
Kesenian barongan, dahulu hanya dipakai untuk kepentingan acara adat seperti tradisi ruwatan, tolak bala, sedekah bumi, dan lamporan. Namun kini sudah berkembang menjadi seni pertunjukan rakyat yang kerap dimainkan dalam berbagai acara hajatan, pentas kemerdekaan hingga event seni budaya.
 
Di Kabupaten Blora sendiri, masing-masing desa memiliki grup kesenian barongan yang jumlahnya lebih dari 300 grup (paguyuban). (Tim Liputan Humas Protokol Setda Kab.Blora)

Info